MEETING
Pagi itu di sekolah Adin …
Sudah hampir jam 07.30, tapi Adin belum juga datang ke sekolah. Hari ini
kan hari senin, jadi hari ini upacara, dong. Wahh.. bisa gawat nih, kalau Adin
gak datang-datang juga.
Noot…Noot… bel masuk berbunyi. Jam pertama hari senin, ya pasti
upacara,lah. Semua murid TeenJunior High School berhamburan ke luar lapangan.
Semuanya berbaris dengan rapi sesuai kelasnya masing-masing. Tinggal beberapa
menit lagi, upacara akan dimulai. Tapi Adin belum juga datang. Aduuhh…ke mana
sih lo, Din??
Noot….Noot… Bel berbunyi tanda upacara akan di mulai. Semua siswa TeenJunior
High School melaksanakan upacara dengan khidmat. Sampai dipuncak acara,
penaikan bendera Merah Putih. Tiba-tiba di pintu gerbang, satu orang siswa
datang. Ternyata orang itu adalah Adin. Waduuhh… bisa-bisa Adin dihukum, nih.
“Pak Satpam… Tolong bukain gerbangnya!!” Pinta Adin ke salah satu Satpam
yang ada di post dekat pintu gerbang.
“Gerbang sudah ditutup. Upacara sudah dimulai. Jadi, kamu tidak boleh
masuk lagi!!” Bentak Pak Satpam yang berperut buncit dan berkumis tebal itu.
“Tolong,Pak. Hari ini saya ada ulangan, Pak! Pliss, Pak?!!” Pinta Adin
dengan wajah memelas.
“Emangnya saya pikirin!!” Kata Satpam itu memalingkan mukanya.
Adin kini hanya bisa menunggu dan memelas agar Pak Satpam berbaik hati
membukakan gerbangnya.
Tak selang lama, datang salah satu guru. Ini kesempatan Adin untuk
masuk.
“ Tuh, guru yang terlambat aja dibolehin masuk. Masa saya gak boleh! Itu
gak fair namanya!” Ucap Adin.
“ Hemm.. Kamu ini mencari kesempatan dalam kesempitan. Ya, sudah.
Masuk..! tapi ini terakhir kalinya saya mengizinkanmu masuk” Ancam Pak Satpam.
“OK, Pak. Thank’s ya, Pak!” Ucap Adin sambil tersenyum-senyum.
f
Sesampainya di lapangan sekolah. Adin panik. Ia tidak tahu harus
bagaimana. Salah-salah nanti ia ketahuan. Akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke
dalam WC cowok dekat aula sekolah. Di sana kan sepi, jadi setelah upacara
selesai, ia keluar deh.
Tak beberapa lama, upacara pun selesai. Semua peserta upacara bubar. Adin
pun mulai keluar dari tempat persembunyiannya. Ia lari sekencang-kencangnya
menuju kelas. Huuhh.. hampir saja! Batinnya.
c
Jam pelajaran kedua hari ini adalah musuh Adin. Yaitu pelajaran Pkn.
Baginya, Pkn merupakan pelajaran yang tersulit dari semua mata pelajaran.
Selain itu, banyak hafalan pasal-pasal dan undang-undang yang begitu banyaknya.
Jarang Adin mendapatkan nilai di atas KKM. Karena itulah, ia berusaha giat belajar
dalam mata pelajaran ini walaupun setengah hati.
Noot…Noot….
Bel berbunyi menandakan waktu istirahat. Hari ini Adin tidak mood ke luar kelas. Sial nih hari ini..
pikirnya. Ia memilih berdiam diri di kelas, melamun dan tiba-tiba.. terkejut
melihat Ella sudah ada di depannya.
“ Wooyy…!!” Teriak Ella
“Apa..?! Apa..?!’’ Ucap Adin kaget.
“ Kenapa, sih lo? Ngelamun terus! Ada masalah, ya?” Ella memulai
pembicaraan.
“Gak. Gue gak papa, kok. Cuma hari ini kesialan menimpa gue..”
jawab Adin lemas.
“Sial..?! Emangnya hari ini lo kenapa?” Tanya Ella sambil
mengutak-atik kukunya.
“Yah..gitu, deh. Berantem ma kakak sepupu gue, telat, sembunyi di
WC cowok, nilai Pkn gue ancur, and hal yang buruk yang bakal nimpa gue
lagi.” Jelas Adin.
“OMG.. Sial banget lo! Jangan-jangan pulang sekolah nanti lo
dikerjain orang gila?! Wahahahha..” Canda Ella.
“No Way.. Gak kebayang gue
kalau sampai ketemu ma orgil. Lo bantuin apa doa’in sih?” Bentak Adin
sambil memukulkan bukunya ke atas meja.
“ Santai, Din. Gue akan bantuin lo. Tapi bantuin apa?”
“ Bantuin gue ngilangin stress!”
“ Nah.. kalau itu sih gue tau solusinya. Gimana kalau nanti sore
kita pergi ke taman kota. Pameran favorit gue udah dibuka. Gimana…???”
Usul Ella dengan bangga.
“Oke..oke.. Tapi dijamin dapat ngilangin stress kan?”
“Oo.. So Pasti!!” Jawab Ella
mantap.
d
Sesampainya di taman kota, Ella dan Adin langsung menyerbu toko yang
menjual barang pernak-pernik dan accessories.
Tak selang lama terdengar teriakan seseorang memanggil mereka.
“ Adin..!! Ella..!!” teriak orang itu.
Seketika itu pun Adin dan Ell terkejut. Ternyata orang itu adalah Firgo.
Ups, gimana,nih ??
“ Hey, Firgo!’’ teriak Ell.
“ Kalian ke sini juga ternyata. Eh, kalian mau gak gue ajak ke
pameran mamah gue?’’ Ajak Firgo gugup.
“Emangnya mamah lo ngadain pameran apa??” Tanya Ella.
“Pameran kesehatan. Bisa cek darah gratis, lho! Mau, gak??” Firgo
berusaha membujuk.
“ Oke.. boleh juga, tuh.” Jawab Ella.
“Kalau lo, Din??” Tanya Firgo lagi.
“Emm.. iya! Boleh!” Jawab Adin salting.
“Oke. Kalau gitu ikutin gue!” Adin dan Ella pun mengikuti Firgo.
Sesampainya di pameran itu, Firgo mengenalkan mamahnya. Betapa
terkejutnya ia, ketika melihat mamahnya Firgo. Ternyata mamahnya Firgo itu
adalah Tante Yoona, sahabat bundanya sendiri yang sering diceritakan bundanya.
“ Ini Tante Yoona, kan? Sahabatnya bunda waktu SMP?” Tanya Adin ke
mamahnya Firgo.
“ Iya. Ibu kamu Sary, ya?” Tanya mamahnya Firgo balik.
“Iya,Tante!” Jawab Adin sambil tersenyum.
“ Oh, bagus kalau gitu. Temenan ma Firgo, kan?’’
“Emm.. “ belum sempat Adin menjawab, Ella menyambungnya.
“Iya, Tante. Kami temennya Firgo.”
“Oh.. Gimana kabar ibumu, Din?”
“Bunda baik-baik aja, Tan.”
“ Oh.. Ya udah, kirim salam aja ya ke bundamu.”
“Iya, Tante.’’
Adin dan Tante Yoona pun mulai akrab.
`
“Bun.. kemarin aku ketemu sama Tante Yoona!” Ucap Adin ke Bundanya.
“Apa..??!!” Teriak Bundanya Adin kaget.
“Iya, Bun. Ternyata Tante Yoona itu mamahnya temanku di sekolah” Sambung
Adin lagi.
“ Oh.. Jadi dia sudah pulang dari Korea?”
“ Lho, emangnya Tante Yoona pernah tinggal di Korea?” Tanya Adin seolah
terkejut mendengar perkataan bundanya itu.
“Iya. Bunda belum cerita ke kamu kalau Bunda dan Tante Yoona terpisah
itu karena orang tuanya pindah ke Korea untuk suatu hal yang sampai sekarang
Bunda tidak ingin membahasnya.” Terang Bundanya Adin.
“ Apa itu, Bunda??” Tanya Adin yang tidak mengerti penjelasan Bundanya.
“ Bunda gak bisa jelasin sekarang, Dinda. Yang pasti suatu saat kamu akan
mengetahuinya.” Ucapnya sambil mengambil sebuah album yang sudah lama dan
berdebu.
“Lihatlah foto ini! Ini foto saat kamu masih bayi.” Kata Bunda Adin
sambil menunjukkan sebuah foto seorang bayi yang gemuk dan manis. Melihat foto
itu, Adin tersenyum mungil. Tiba-tiba penglihatannnya tertuju kepada sebuah
foto yang di dalamnya terdapat dua orang wanita cantik dan seorang laki-laki.
“Bun, ini foto siapa?” Tanya Adin sambil menunjuk ke foto misterius itu.
“Itu..itu..” Belum sempat Bunda Adin menjawabnya, tiba-tiba terdengar suara
ketokan pintu dari arah ruang depan.
“Assalamu’alaikum…” terdengar suara orang mengucapkan salam.
“ Wa’alaikum salam..” Jawab Bunda Adin sembari membukakan pintu. Setelah
melihat siapa yang datang, Bunda Adin tiba-tiba terkejut, ternyata yang datang
itu adalah Firgo, Tante Yoona dan suaminya.
“ Yoona, Wooyoung! Eh.. Ayo masuk.” Perintah Bunda Adin
“ Terima kasih, Sary.” Ucap Tante Yoona.
Firgo, Tante Yoona, dan suaminya pun duduk di sofa biru itu. Mereka
mulai berbincang-bincang. Sementara Adin malu untuk berkumpul dengan mereka
terutama dengan Firgo(dengan kata lain #sal-ting).
“Dinda, ayo kemari!” Perintah Bundanya.
Adin tidak bergelik. Ia pun memilih untuk menonton televisi di kamarnya.
Di ruang tamu, Tante Yoona rupanya membicarakan tentang perjanjian yang
mereka buat 14 tahun yang lalu.
“Ty, kayaknya aku ingin membatalkan perjanjian kita yang kemarin, deh.”
Ucap Tante Yoona.
“Lo, emangnya kenapa?” Tanya Bunda Adin bingung.
“Sejak aku melihat Adin kemarin, aku langsung sayang dengannya. “ Ucap
Tante Yoona grogi.
“Maksud kamu apa, Mir ?” Bunda Adin mulai emosi.
“Aku ingin mengambil Adin kembali.” Jawab Tante Yoona.
“Yoona… Kamu apa-apaan sih! Kenapa tiba-tiba kamu ngomong gitu?” Bentak
Bunda Adin.
“ Tenang, Sary.” Ucap Om Wooyoung mencoba menenangkan.
“ Aku gak yakin Adin bisa sukses kalau tinggal sama kamu. Kalau sama aku,
kan pendidikannya bisa lebih baik.” Jelas Tante Yoona.
“Oh, jadi mentang-mentang kamu orang kaya dan aku orang miskin, kamu
seenaknya ngambil Dinda?!” Bunda Adin mulai panas.
“Bukan..bukan itu maksudku. Maaf sebelumnya, aku Cuma ingin masa depan Adin
bisa lebih baik. Aku juga tidak ingin merepotkanmu membiayai sekolahnya hingga
ke perguruan tinggi. Jadi aku mohon dengan hormat, kamu bisa memberikan Adin
kembali kepadaku.”
“Aku sedikitpun tidak merasa terbebani dengan hadirnya Dinda. Malah aku
bahagia hidup bersamanya. Aku tidak rela kamu mengambilnya dari tanganku. Aku
tidak rela!!” Ucap Bunda Adin keras.
“Terserah apa katamu. Yang pasti Adin harus kembali padaku. Mungkin
hanya di Pengadilan semua masalah ini akan selesai. Permisi!” Ancam Tante Yoona
sembari mengambil tasnya dan pergi dari rumah itu.
“Kamu pengkhianat, Na. Kamu sudah memutuskan persahabatan kita.
Selamanya aku tidak akan rela kau mengambil anakku.” Teriak Bunda Adin.
Tiba-tiba Tante Yoona membalas teriakan itu dengan teriakan juga.
“ Hey!! Ingat!! Adin itu bukan anakmu, tapi anakku!”
Seketika itu pun persahabatan mereka putus.
a
Label: Our Illusion Story